Yenny Wahid ke Kaum Tionghoa: Jangan Dukung Paslon Bagian Pemerintah yang Dulu Larang Imlek

Estimated read time 3 min read

Putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Yenny Wahid, berpesan kepada komunitas Tionghoa agar tidak mendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres) yang menjadi bagian dari pemerintahan yang dulu melarang Imlek.

Hal ini ia sampaikan ketika mendampingi capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo, merayakan Imlek dengan makan bersama kalangan Tionghoa di Restoran China “Empurau” di Jakarta, Jumat (9/2/2024).

Imlek, atau Tahun Baru Imlek, merupakan perayaan penting bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia. Namun, pada masa lalu, perayaan ini sempat dilarang oleh pemerintah. Larangan tersebut mencerminkan diskriminasi terhadap minoritas Tionghoa dan menjadi salah satu contoh pelanggaran hak asasi manusia.

Yenny Wahid, yang juga merupakan aktivis hak asasi manusia, berpendapat bahwa dukungan terhadap paslon yang terlibat dalam larangan tersebut akan melupakan sejarah kelam tersebut. Ia menekankan pentingnya menghormati hak-hak minoritas dan memastikan bahwa kejadian serupa tidak terulang kembali.

Meskipun Indonesia telah mengalami kemajuan dalam menghormati hak-hak minoritas, masih terdapat tantangan yang harus dihadapi. Diskriminasi terhadap minoritas Tionghoa masih terjadi, meskipun dalam skala yang lebih kecil. Oleh karena itu, dukungan terhadap paslon yang memiliki rekam jejak melawan diskriminasi dan memperjuangkan hak-hak minoritas menjadi sangat penting.

Tegaskan Masyarakat Tionghoa Soal Pemilihan Paslon Pemilu 2024

Yenny Wahid juga menekankan pentingnya memilih paslon yang berkomitmen untuk mempromosikan persatuan dan keragaman di Indonesia. Dalam suatu negara yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya, menjadi kesatuan kunci untuk mencapai kemajuan dan stabilitas.

Sebagai bagian dari masyarakat, kaum Tionghoa memiliki peran penting dalam memilih pemimpin yang dapat mewakili kepentingan mereka. Dukungan mereka dapat memberikan pengaruh yang signifikan dalam pemilihan umum. Oleh karena itu, Yenny Wahid mengajak mereka untuk menggunakan hak suara mereka dengan bijak dan memilih paslon yang berkomitmen untuk melindungi hak-hak minoritas.

Yenny Wahid juga menyoroti pentingnya dialog antara berbagai kelompok masyarakat untuk membangun pemahaman dan toleransi. Dalam konteks perbedaan budaya dan agama, dialog menjadi sarana untuk mengatasi konflik dan membangun kerjasama yang saling menguntungkan.

Sebagai negara demokrasi, Indonesia memberikan kebebasan bagi setiap individu untuk menyampaikan pendapat dan berpartisipasi dalam proses politik. Namun, dengan kebebasan tersebut juga datang tanggung jawab untuk menggunakan hak tersebut dengan bijak dan bertanggung jawab.

Akhirnya, Yenny Wahid mengingatkan kaum Tionghoa dan masyarakat Indonesia secara umum untuk tidak melupakan sejarah kelam diskriminasi terhadap minoritas Tionghoa. Dukungan mereka dalam pemilihan umum dapat menjadi langkah penting menuju masyarakat yang lebih inklusif dan adil.

Sebagai negara yang kaya akan kemerdekaan, Indonesia harus terus berjuang untuk menciptakan lingkungan yang menghormati hak-hak minoritas dan memajukan persatuan. Dukungan dari seluruh kelompok masyarakat, termasuk kaum Tionghoa, sangat penting dalam mencapai tujuan tersebut.

Yenny Wahid memberikan pesan yang kuat kepada kaum Tionghoa untuk tidak mendukung paslon yang merupakan bagian dari pemerintah yang dulu melarang perayaan Imlek. Dukungan mereka harus diberikan kepada paslon yang berkomitmen untuk melindungi hak-hak minoritas dan mempromosikan persatuan di Indonesia.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours